@la-tahzan 2012 [id-03]. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Ekskul

PRAMUKA

AKTUALISASI PEMBINA
SEBAGAI PENGGERAK RODA KEMAJUAN
GERAKAN PRAMUKA

Oleh: Joko Mursitho

Indonesia yang Gemah Ripah Pantas dan sangat layak apabila Indonesia dijuluki sebagai Jamrud Khatulistiwa, sebagai negara kepulauan yang membentang luas dengan 17.504 pulaunya, negara kelautan yang kaya raya dengan hasil lautnya. Negara sebagai penghasil bahan tambang terbesar. Kita memiliki:
Timah                  : No. 1 di dunia
Batu bara             : No. 3 di dunia
Tembaga              : No. 4 di dunia
Nikel                    : No. 5 di dunia
Emas                   : No. 7 di dunia
Penghasil 80% minyak di Asia Tenggara
Penghasil 35 % gas alam cair di dunia (PriceWaterhouseCoopers)

Kita lebih berbangga lagi bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang terkaya dalam luas hutan dan keanekaragaman hayati:
  • Memiliki 515 jenis mamalia (urutan kedua, hanya kalah tipis dari Brazil); 
  • 397 jenis burung hanya dapat ditemukan di Indonesia; 
  • Memiliki 1.400 jenis ikan air tawar (hanya dapat disaingi oleh Brazil). 
  • Kita memiliki jenis terumbu karang dan ikan laut yang luar biasa, termasuk 97 jenis ikan karang yang hanya hidup di perairan laut Indonesia; 
  • Selain itu kita memiliki 477 jenis palem (terbanyak di dunia). (Sinar Harapan, 2003)
Sedikit kita sayangkan jumlah pulau yang ada di Indonesia saat ini adalah 17.504, sedangkan jumlah pulau bernama 7.870 dan belum bernama sejumlah 9.634 buah. (informasi terakhir tahun 2004) - (Kompas, 13 Nopember 2004.)

Lalu bagaimana bangsa ini menyikapi negerinya sendiri, apakah dengan berfoya-foya, apakah dengan mengeruk kekayaan tambang sebesar-besarnya, apakah dengan membabati hutan secara semana-mena, apakah dengan bermabuk-mabukan, apakah cukup dengan berjingkrak-jingkrak di kafe-kafe?
Sesuatu yang perlu direnungkan, untuk memperbaiki moral bangsa ditengah arus global.

KONDISI ANAK MUDA INDONESIA SAAT INI
Data mengenai kondisi calon penerus bangsa cukup memprihatinkan, sungguh pun data ini baru sebagian kecil tetapi bagaimana kalau kondisi ini tidak menurun tetapi semakin mengembang?
Tawuran antar pelajar, antar mahasiswa, terjadi hampir setiap bulan di kota-kota. Diperkirakan epidemi HIV/AIDS akan terus mengalami peningkatan, ada 12-19 juta orang rawan untuk terkena HIV dan diperkirakan ada 95.000-130.000 penduduk yang tertular HIV (Depkes, 2004). Faktor yang sangat berpengaruh pada penularan HIV/AIDS adalah perilaku seks berisiko tinggi. Dengan semakin maraknya industri seks, kian banyak pula pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) suntik. Di Jakarta, kasus baru infeksi HIV mencapai lebih dari 100 pasien per bulannya.
  • Estimasi pengguna narkoba adalah 1,3-2 juta orang 
  • Estimasi pengguna narkoba suntik lebih dari 1 juta orang (Reid G, 2002). 
  • Dari 30-93% pemakai narkotika terinfeksi HIV, terutama pengguna narkotika suntik. (Reid & Costigan, January 2002).

Sangat mengerikan bahwa: Indonesia berada di urutan kedua setelah Rusia sebagai surga bagi pornografi. (Associated Press/Republika, 17/07/2003).
  • Bisnis prostitusi, bahkan yang melibatkan anak-anak di bawah umur 16 tahun sekitar 1 juta anak di Asia, terbanyak ada di Thailand dan Indonesia (Data ECPAT/End Child Prostitution and Trafficking). 
  •  Di Jawa Barat saja, dalam kurun waktu Oktober 2001-Maret 2002 telah terjadi 116 kasus kekerasan seksual kepada anak-anak, meliputi 57 kasus perkosaan, 25 kasus pencabulan , 9 kasus disodomi , 1 kasus dibawa lari dan disetubuhi, 6 kasus dilacurkan , 9 kasus pelecehan seksual , dan 9 kasus usaha perkosaan. (Polda Jabar). Di Jakarta “Babe” baru-baru ini telah mnyodomi anak-anak jalanan dan membunuhnya, kabar terakhir sampai 14 anak yang dibunuh (TV - 31 Januari 2010). Jumlah real kasus yang tidak maupun belum terungkap bisa jadi jauh lebih besar lagi.
HASIL-HASIL PENDIDIKAN YANG TELAH DICAPAI
Tahun 2000 (70 %) & Tahun 2004 (60 %) penduduk Indonesia hanya lulus SD, bahkan tidak tamat SD. (Ryas Rasyid)
Fakta SDM kita:
1.       Rapuh Dalam Pengetahuan dan Teknologi
2.       Rendah Kreativitas
3.       Kurang Disiplin
4.       Cenderung Tidak Efisien
5.       Kurang Gigih Tidak Konsisten
6.       Tidak Dapat Menghargai Waktu
7.       Tidak Dapat Menghargai Orang Lain
8.       Lemah Dalam Semangat Team
9.       Kurang Tanggung Jawab Dan Kredibilitas

Mari kita simak apa yang telah kita capai dari hasil pendidikan kita yang selama ini kita jalankan.
Peringkat Negara                            Nilai Rangking
1.       KOREA SELATAN                      3.09
2.       SINGAPORE                             3.19
3.       JAPAN                                     3.50
4.       TAIWAN                                  3.96
5.       INDIA                                     4.24
6.       CHINA                                    4.27
7.       MALAYSIA                               4.41
8.       HONGKONG                             4.72
9.       THAILAND                               5.47
10.   PHILIPINA                               5.96
11.   VIETNAM                                 6.21
12.   INDONESIA                           6.56

KELESUAN GERAKAN PRAMUKA
Tidak bisa dipungkiri bahwa Gerakan Pramuka sekarang nampak seperti lesu darah. Mengingat bahwa jantungnya Gerakan Pramuka adalah di Gugusdepan, maka perlu kita lihat dari segi proses pendidikannya, mengapa Gugusdepan menjadi kurang giat melakukan latihan-latihan kepramukaan.

Faktor internal:
  1. Kurang menariknya latihan yang dikemas di Gugusdepan. 
  2. Kurang rajinnya Pembina menyelenggarakan latihan. Sering latihan diserahkan kepada anggota muda yang lebih senior, sehingga materi latihan sangat berlebihan, dan sering menimbulkan kecelakaan dalam hiking, climbing, maupun orientering/jungle survival. 
  3. Kurangnya kompetensi Pembina di dalam penyelenggaraan latihan sehingga latihan berkisar dari itu ke itu. Pembina tidak mampu atau tidak punya waktu untuk mengimprovisasi bahan latihan. 
  4.  Kurangnya dorongan, bimbingan dan fasilitas dari Ketua Majelis Pembimbing Gugusdepan. 
  5.  Kurangnya sarana latihan seperti tenda, tali, perangkat out-door activity, perangkat scouting skill, dan fasilitas tempat. 
  6.  Kurangnya ”relawan” yang mau membina Gugusdepan (sekarang hampir semua orang berpikir ”saya bekerja dapat apa” – ukuran bekerja serba materi). 
  7.  Kurangnya figur contoh yang benar-benar rela dan bisa jadi panutan baik di tingkat Ranting, Cabang, Daerah, maupun Nasional. 
  8.  Kurangnya semangat anggota muda karena kegiatan-kegiatan yang prestisius di tingkat nasional, maupun internasional kebanyakan diikuti oleh anak-anak yang bukan tinggi prestasinya, tetapi yang mampu ekonominya. 
  9.  Belum adanya sanggar di Gugusdepan, sehingga anak-anak tidak bisa ’mangkal” di situ. 
  10. Kurangnya perhatian Kwartir Ranting dan Kwartir Cabang, terhadap Gugusdepan. Anak-anak Pramuka yang berprestasi, Pembina yang tekun melatih, pelatih yang terus membina dan melatih kurang diperhatikan, rewards tidak/jarang sekali diberikan; bahkan kadangkala ide-idenya pun kurang dihargai. 
  11. Kurangnya aktivitas bagi anggota muda di tingkat Kwarcab, Kwarda, dan kwarnas. 
  12. Kurangnya Pelatih Pembina Pramuka yang berkualitas yang dapat membimbing, dan meningkatkan kualitas Pembina di wilayahnya. 
  13. Kurangnya pertemuan-pertemuan Pembina di tingkat Kwarran, Kwarcab, Kwarda dan Kwarnas. 
  14. Belum terdistribusikannya bahan-bahan latihan dari WOSM, APR, dan Kwarnas sampai ke Gugusdepan. 
  15. Gugusdepan belum mampu mengakses bahan-bahan latihan dari kwarnas, sedangkan kwarnas belum meng upload di dalam website nya tentang buku-buku latihan kepramukaan. 
  16. Kurangnya dana, walaupun ini tidak penting betul, karena kalau ke-15 masalah tersebut teratasi, dana bukan merupakan masalah. 
  17. Kurang luwesnya pengurus kwartir dalam berkomunikasi sehingga tidak mampu membuat jaringan, yang muaranya melahirkan dukungan publik. 
  18. Ada nuansa ”kepentingan” pribadi/kelompok untuk menjadi andalan kwartir, sehingga kerja kwartir menjadi tidak maksimal. 
  19. Dewan kerja yang berada di tingkat Ranting, Cabang, Daerah maupun Nasional banyak yang ”pengangguran” atau lebih tepatnya ”pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), apabila dia seorang mahasiswa dia bukan seorang mahasiswa yang berprestasi baik di bidang akademik, maupun di bidang non-akademik. Dengan demikian mereka belum bisa menjadi ”contoh” keberhasilan yang ”nampak” atau langsung dapat dilihat, sehingga bisa menjadi ’motivasi yang kuat” bagi anggota muda lainnya. 
  20. Terlalu banyaknya pengurus kwartir yang ”pejabat”, belum mengenyam pendidikan kepramukaan (belum mengikuti kursus-kursus KMD, KML, KPD, KPL) dan bukan berasal dari bawah (belum pernah memimpin gudep, ranting, cabang, dst) sehingga ”tidak jelas” dalam memberikan arah kebijakan.

Faktor Eksternal:
  1. Banyaknya kegiatan yang mirip-mirip latihan Pramuka yang diselenggarakan di luar secara lebih profesional. 
  2. Banyaknya jenis hiburan lain yang ”instan” yang menarik perhatian dan minat anggota muda Gerakan pramuka, sungguh pun tidak mengandung pendidikan. 
  3. Kurangnya publikasi yang menyangkut Gerakan Pramuka, baik di media cetak, maupun media elektronik. Sungguh pun banyak yang telah dilakukan oleh gerakan Pramuka tetapi karena sepi dari publikasi maka motivasi anggota muda menjadi kurang bergairah (kurang greget).
  4. Kurangnya dukungan pejabat pemerintah yang benar-benar mau memikirkan kelangsungan hidup Gerakan Pramuka. (sewaktu menjabat kurang peduli walaupun jadi pengurus kwartir, setelah tidak menjabat tidak menengok sama sekali aktivitas Gerakan Pramuka).

Apabila masalah-masalah internal dan eksternal ini bisa tertanggulangi, penulis yakin Gerakan Pramuka akan bangkit mencapai kejayaannya kembali. Walupun tanpa Undang-Undang Gerakan Pramuka.

SOLUSI GERAKAN PRAMUKA
Dari pemetaan masalah tersebut, maka prioritas pemecahan masalah yang pertama dan paling utama adalah pengadaan Pembina yang rela, dan mampu, serta bersedia mengaktualisasikan dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan kepramukaan. Pembina yang ikhlas inilah yang dapat mencetak kader-kader Gerakan Pramuka yang tangguh.

Langkah ini harus dimulai dari mencari siapa yang menjadi ”pemicu” untuk menggerakkan ”pembina” yang aktual tersebut. Di sinilah peran Majelis pembimbing Gugusdepan untuk melakukan perekrutan bagi Pembina yang ”mau” dan ”mampu”. Jaman telah berubah, jarang orang yang sekonyong-konyong menawarkan dirinya ”tidak dibayar/ tidak dihargai” mau menjadi Pembina Pramuka yang Ikhlas Bakti Bina Bangsa Ber Budi Bawa Laksana. Permasalahannya bagaimana bila Kamabigus ”tidak bergerak”? Perangkat awal yang disiapkan kwartir yakni perlu diadakan orientasi, atau Kursus Pembina Pramuka tingkat dasar untuk para Kamabigus. Di sinilah kwartir harus mengetahui mana ”sumbu utama” yang menjadikan Gugusdepan itu lesu darah. Manakala Gugusdepan dapat memperoleh Pembina yang ”mau”, ”rela” dan ”mampu”, faktor lain akan diatasi bersama-sama oleh Pembina dan peserta didiknya.
Penulis pernah menjadi Pembina Penggalang dan Penegak selama 15 tahun, dan Pembina Pandega selama 24 tahun, tanpa dukungan serupiah pun dari Majelis Pembimbing. Semua peralatan latihan dan sarana kegiatan kita atasi bersama-sama dengan menanamkan kesadaran pada anggota muda, bahwa apa yang kita lakukan adalah merupakan ”pembajaan diri”, bahwa Gugusdepan adalah kawah Candradimukanya anak muda, untuk berjalan di jalan yang lurus. Hasilnya luar biasa ”anggota pasukan Trisula Pamungkas, semuanya menjadi orang-orang yang cinta kerja, orang-orang yang berprestasi, tetap sopan-santun.

Inilah pentingnya ”pembina yang mau dan mampu” itu bisa diperoleh di setiap Gudep.
Langkah ke-2, adalah menjaga eksistensi Pembina tersebut, sebab manakala Pembina itu mogok, maka perjalanan menjadi terhambat di tengah jalan dan tidak akan sampai tujuan. Banyak cara untuk itu asal Majelis pembimbing Gugusdepannya ”mau” dan peduli.

Langkah ke-3 adalah improvisasi materi latihan, dan pengkayaan metode latihan. Hal ini adalah tugas Kwartir dengan menyediakan bahan-bahan bacaan, CD/DVD latihan, dengan melalui para Pelatih-Pelatihnya yang terus di up-grade kemampuannya, sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Ini bisa dilakukan dengan ”Gelang Ajar”, ”Karang Pamitran”, dan ”Pitaran Pelatih” secara periodik.

Langkah ke-4 adalah bagaimana Majelis Pembimbing Gudep dan Kwartir bisa menyediakan sarana-prasarana latihan yang lebih modern, dan menantang, dengan tingkat kenyamanan dan pengamanan yang terjamin. Kwartir tidak perlu mengobral janji nanti ”pembina/pelatih” akan disertifikasi, sehingga nanti mendapatkan imbalan dari pemerintah; karena di dalam Gerakan Pramuka itu ada metode ”kejutan” dalam latihan; sebaiknya Kwartir bekerja saja dengan sebaik-baiknya tetapi tahu-tahu Pembina yang bekerja dengan ikhlas ini ”memperoleh rewards”, jangan reward-nya yang diucapkan dahulu, sampai akhir masa jabatan .... tidak terlaksana. Di sini perlu penulis kutipkan teorinya Homans:
“Teori Pertukaran” Homans yang intinya sebagai berikut:
  1. Success Proposition: for all actions taken by persons, the more often a particular action of a person is rewarded, the more likely the person is to perform that action. 
  2. Stimulus Proposition: If the past the occurrence of a particular stimulus or set of stimuli has been the occasion on which a person’s action has been rewarded, then the more similar the present stimuli are to the past ones, the more likely the person is to perform the action or some similar action now. 
  3. Value Proposition: The more valuable to a person the result of his or her action is, the more likely he or she to perform the action. 
  4. Deprivation/Satiation Proposition: The more often in the recent past a person has received a particular reward, the less valuable any further unit of that reward becomes for that person. 
  5. Aggression/Appproval Proposition: (a) When a person’s action does not receive the reward expected or receives punishment that was not expected, he or she will be angry and become more likey to perform aggressive behavior. The result of such behavior become more valuable to that person. (b) When a person’s action receives the reward expected, especially greater reward than expected, or doesn’t receive punishment expected, he or she will be pleased and become more likely to perform approving behavior. The result of such behavior become more valuable to that person.

Jadi jangan terbalik Kwartir menyediakan ”sarana-prasarananya” dahulu, sedangkan ”pembina”-nya belum ada.

Langkah ke-5 ini agak berat, yakni setiap pembentukan pengurus kwartir baru, hendaknya dilakukan ”discovery method’, sehingga antar andalan ini menjadi kompak, dan bagaimanapun juga andalan harus menghargai pendapat ”pelatih-pelatihnya” jangan sampai andalan belum pernah menjadi Pembina Gudep, andalan ranting, andalan, cabang atau bahkan andalan daerah, tetapi ”mematahkan” setiap usulan pelatih-pelatihnya. Ini berarti ia tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.


PENUTUP
Semua langkah yang baik tidak akan tercapai tanpa niat baik, yang baik. Niat yang baik tidak terdapat pada orang-orang yang tidak iklhas. Ciri-ciri orang yang tidak ikhlas adalah orang yang mementingkan dirinya sendiri dan tidak menghargai orang lain.
Sesanti para Pembina Pramuka yakni ”Ikhlas Bhakti Bina bangsa Ber Budi Bawalaksana, mari kita emban dengan sebaik-baiknya agar generasi muda bisa mendapatkan pendidikan karakter, dengan mencontoh perilaku Pembinanya.

Makalah disajikan dlm seminar Pembina Pramuka di Pandeglang, 6 Feb' 2010.

Candradimuka, 4 Februari 2010.
Kalemdikanas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: